
Dimuat dalam Koran Seputar Indonesia, 26 Desember 2008. Halaman 34.
Enggak semua orang suka sepakbola, tapi siapapun bakal setuju kalau olahraga yang satu ini punya daya tarik luar biasa untuk menggerakan banyak orang buat melakukan hal yang enggak terduga. Contohnya, buku yang satu ini. Dari judulnya aja udah ketahuan kalo para penulis buku ini adalah soccer freaks sampe “berani-berani” nya mengambil hikmah dari setiap permainan sepakbola dan menempatkannya sebagai filosofi dalam memandang hidup.
Empat penulis ini menyebut buku mereka “berisi 50 anekdot mencerahkan ala sepakbola”, dan kira-kira memang seperti itu lah isinya. Semua kalimat dan cerita bijak di dalamnya cukup bisa membuat pembacanya tersenyum dan sedikit meluangkan waktu untuk mencerna setiap hikmah bijak yang ada di buku ini.
Ada banyak kutipan menarik di setiap lembarnya, misalnya “bermain sepakbola tanpa bola berarti mencintai cinta itu sendiri, tanpa atribut dan embel-embel apapun,” atau menyamakan proses menunggu yang dialami seorang striker dengan kesempatan emas yang tidak datang dua kali. “Menunggu bukan berdiam diri tapi mengamati keadaan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi,” tulis si penulis.
Ada banyak juga cerita menarik tentang Nabi Sepakbola, mitos Carlos Roa, kiper timnas Argentina yang “turun gunung” walau sudah mengatakan pensiun, atau cerita tentang Romario yang telah mencetak 1000 gol. Enggak perlu pusing berpikir apakah cerita ini benar atau enggak, yang penting hikmah menarik yang bisa dipetik dari cerita itu. Iya enggak?
***
NB: Terimakasih atas resensi yang baik sekali dari Mbak Endriana. Sungguh buku ini lahir dari kecintaan kami semua akan olahraga sepakbola. (penulis buku Second Religion)
3 komentar:
Dulu waktu kelas 5 SD, papaku langganan Tabloid BOLA, ada kuis ttg Brasil yang kalah dari ... saya agak lupa...
Karena keseringan denger Papa ngobrol dng teman2nya ttg Bola, saya mengirimkan jawaban ke kuis itu, bahwa Brasil kalah, karena menganggap Bola sebagai agama kedua ...:)
such a coincindence...? hihihi
ech, dan kemudian saya menang kuis! hahahaha.. Rp. 25.000 tahun itu- 1990.
wkwkwk--
Salam kenal,-
itu cerita yang lucu shinta...
andai cerita kamu saya denger saat menulis buku ini, bisa jadi inspirasi salahsatu anekdotenya haha
tapi sepertinya shinta salah mengerti arti second religion, mungkin karena dulu masih kecil ya ^^.
singkat kata bagi sebagian orang, bola bukan cuma sekadar sportainment atau profesi, tapi jalan hidup. Bola bagi para "true-footballer" adalah refleksi kehidupan itu sendiri.
bola telah mengajari kami banyak sekali filosofi kehidupan. dan ini tidak mengada2, kelahiran buku ini adalah buktinya hehe
salam kenal juga shinta...tapi perasaan kita udah saling kenal di "dunia lain" ya hehe
Posting Komentar